2.2
Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi
kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan
antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara
umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau
pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep
tersebut antara lain:
1.
Sistem
informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi
komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam
implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer
Based Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan
dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu
penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi
dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a.
Pengambilan keputusan yang tidak
dilandasi dengan informasi
b.
Informasi yang tersedia, tidak relevan
c.
Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan
oleh manajemen
d.
Informasi yang ada, tidak tepat waktu
e.
Terlalu banyak informasi
f.
Informasi yang tersedia, tidak akurat
g.
Adanya duplikasi data (data redundancy)
h.
Adanya data yang cara pemanfaatannya
tidak fleksibel
i.
Sistem
informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu
organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut.
Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah
berhenti
2.
Sistem
informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati
atau berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi
memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi
tersebut ditentukan diantaranya oleh:
A.
Perkembangan organisasi tersebut makin
cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan berkembang
sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan sudah tidak
bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut
B.
Perkembangan teknologi informasi yang
cepat menyebabkan perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk
mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien
dan efektif. Hal ini disebabkan:
1.
Perangkat keras yang digunakan sudah
tidak diproduksi lagi, karena teknologinya ketinggalan jaman (outdated)
sehingga layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh
perusahaan pemasok perangkat keras
2.
Perusahaan pembuat perangkat lunak yang
sedang digunakan, sudah mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya
mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari
versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang
juga telah berkembang. Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat
keras maupun perangkat lunak tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan
versi terdahulu, namun kalau dilihat dari sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan
infrastruktur tersebut tidak efektif. Hal ini disebabkan karena feature-feature
yang baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi
informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus sigap dalam
memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.
Konsekuensi dari
pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Dalam melakukan antisipasi perkembangan
teknologi harus tepat
2.
Harus selalu siap untuk melakukan
pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak pendukungnya, apabila
diperlukan.
3.
Harus siap untuk melakukan migrasi ke
sistem yang baru. Arah perkembangan teknologi informasi dalam kurun waktu 3-5
tahun mendatang adalah sebagai berikut:
a.
Perkembangan perangkat keras dan
komunikasi. Kecenderungan perkembangan perangkat keras
b.
Peningkatan kecepatan
c.
Peningkatan kemampuan
d.
Penurunan harga
Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan
perubahan desain sistem perangkat keras yang digunakan, dari sistem dengan pola
tersentralisasi menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola
terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) dipecah
menjadi dua, satu diletakkan pada komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan
(server) dan yang satu lagi diletakkan dikomputer pengguna (client),
desain ini disebut sebagai clientserver achitecture.
Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama
perangkat lunak basis data (database), juga mengikuti perkembangan
desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada server diletakkan
perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat
lunak front-end. Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak
pengelola sistem basis data (database management system/DBMS),
sedangkan perangkat lunak front-end adalah perangkat lunak yang
dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut atau
dengan perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai DBMS seperti
ODBC (open database connectivity).
C.
Perkembangan tingkat kemampuan pengguna
(user) sistem informasi.
Sistem informasi yang baik, akan
dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi :
1)
Tingkat pemahaman mengenai teknologi
informasi
2)
Kemampuan belajar dari para pemakai
3)
Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
sistem
Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing
(EUC). EUC adalah pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk
keperluan dirinya sendiri. Mengingat bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya
melakukan pemantauan serta pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan menyebabkan
masalah yang serius dalam pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem
informasi. Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi
sistem yang terfragmentasi.
4)
Daya guna
sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu
sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated)
mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang
terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu
organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan
biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi
antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak
untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi pada
dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu
aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan
sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua
aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri
pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya.
Hal ini diakibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari
pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna
sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem
dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.
5)
Keberhasilan
pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih
untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan
pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat
kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang
cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan
pengembangan seperti Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan
Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi. Dalam
pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti keadaan yang
sekarang dihadapi, keadaan pada waktu sistem informasi siap dioperasionalkan
dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan
perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa
mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi dan
operasionalisasi sistem informasi.
6)
Pengembangan
sistem informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan
secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem
informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada
umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali
kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan
fungsi-fungsi dan sistem yang ada di dalam organisasi tersebut menjadi satu
sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam
unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan
tanggung jawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang bangun/desain
sistem informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam
pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut
prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental
atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh akan
menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem.
7)
Informasi
telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi
telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana
dan prasarana. Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan
salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena
keberadaan informasi tersebut:
a.
Menentukan kelancaran dan kualitas
proses kerja
b.
Menjadi ukuran kinerja
organisasi/perusahaan
c.
Menjadi acuan yang pada akhirnya
menentukan kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal
maupun global
8) Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan
struktur hirarkis yang mudah dipahami
Dalam semua kepustakaan yang membahasa
konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup
luas cakupannya. Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah sebagai
berikut:
a.
Sistem
b.
Subsistem
c.
Modul
d.
Submodul
e.
Aplikasi
Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa
modul, masing-masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan masing-masing
submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan. Struktur
hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman maupun penamaan. Pada
beberapa kondisi tidak diperlukan penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah
modul tidak perlu lagi dijabarkan dalam sub-sub modul, karena jabaran
berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.
0 comments:
Posting Komentar