Tugas
Kelompok
Ditulis
untuk Memenuhi UTS Mata Kuliah Sistem Informasi Kesehatan
Dosen
Pembimbing:
Baequni
Ditulis
oleh:
Kelompok 5
Fitri
Norwendahsari 1205015045
Karina Setia Mawar 1205015057
Luthfana Fajar Daud 1205015097
Mira Irianti 1205015066
Ridwan Ramadhan 1205015065
Syafrudin Juniansyah 1205015119
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya yang telah memberikan kami
kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sistem Informasi Kesehatan“ tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia
sampai akhir jaman.
Pembahasan
di dalam makalah ini adalah tentang sistem informasi kesehatan. Makalah ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada para pembaca
tentang sistem informasi kesehatan, sehingga kedepannya akan menjadi lebih baik
lagi.
Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu kami mohon maaf atas segala kekurangan. Akhir kata, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun akan selalu diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala urusan kita.
Amin.
Jakarta, 28 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3
Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
2.1.1.
Sistem
2.1.1.1 Karakteristik Sistem
2.1.1.2 Klasifikasi Sistem
2.1.1.3 Pembentukan Sistem
2.1.1.4 Pengendalian Dalam Sistem
2.1.1.5 Umpan Balik
2.1.2
Informasi
2.1.2.1
Kualitas Informasi
2.1.3
Sehat
2.1.4
Sistem Informasi Kesehatan
2.2
Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
2.3
Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
2.4
Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
2.5
Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan
2.6
Prinsip Sistem Informasi Kesehatan
2.7 Aplikasi Sistem
Informasi Kesehatan pada sistem informasi Rumah Sakit dan Puskesmas
2.7.1
Rumah Sakit
2.7.2
Puskesmas
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berkembangnya
teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi yang cepat dan efisien
sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan teknologi yang semakin pesat
saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem yang
terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu rumah sakit.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang kesehatan
membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada pasien serta lingkungan yang
terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk mempermudah dalam
pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya sudah menggunakan
metode komputerisasi. Karena dengan menggunakan metode komputerisasi, proses
penginputan data, proses pengambilan data maupun proses pembaruan data menjadi
sangat mudah, cepat dan akurat.
Internet merupakan
jaringan komputer yang dapat menghubungkan perusahaan dengan domain publik,
seperti individu, komunitas, institusi, dan organisasi. Jalur ini merupakan
jalur termurah yang dapat digunakan institusi untuk menjalin komunikasi efektif
dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar data dan informasi sampai dengan
transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan cepat, murah dan mudah melalui
internet.
Kecepatan evolusi
teknologi informasi dalam memanfaatkan internet untuk mengembangkan jaringan
dalam manajemen database sangat
ditentukan oleh kesiapan manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai.
Namun evolusi tersebut bukan pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan
harus secara sekuensial mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka
yang ingin menerapkan manajemen database
dengan “aman” dan “terkendali”, alur pengembangan aplikasi secara
bertahap merupakan pilihan yang baik.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sistem?
2.
Apa
pengertian informasi?
3.
Apa
pengertian kesehatan?
4.
Apa
pengertian sistem informasi kesehatan?
5.
Bagaimana konsep-konsep pengembangan
sistem informasi kesehatan?
6.
Apa tujuan pengembangan sistem informasi
kesehatan?
7.
Apa manfaat pengembangan sistem
informasi kesehatan?
8.
Bagaimana ruang lingkup sistem informasi
kesehatan?
9.
Bagaimana
prinsip sistem informasi kesehatan?
10.
Bagaimana aplikasi sistem informasi
kesehatan pada sistem informasi rumah sakit dan puskesmas?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan yang
diharapkan dari pembahasan ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian system
2. Untuk mengetahui pengertian informasi
3. Untuk mengetahui pengertian kesehatan
4. Untuk mengetahui pengertian sistem
informasi kesehatan
5. Untuk mengetahui konsep-konsep pengembangan sistem
informasi kesehatan
6. Untuk mengetahui tujuan pengembangan sistem informasi
kesehatan
7. Untuk mengetahui manfaat pengembangan
sistem informasi kesehatan
8. Untuk mengetahui ruang lingkup sistem informasi kesehatan
9. Untuk mengetahui prinsip sistem informasi kesehatan
10. Untuk mengetahui aplikasi sistem informasi kesehatan pada sistem
informasi rumah sakit dan puskesmas
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1. Sistem
Menurut
Agus Mulyanto dalam bukunya (2009: 1) mendefinisikan sistem secara umum sebagai
kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu sebagai satu kesatuan. Sedangkan menurut Jerry Fith Gerald (Jogiyanto
: 2000) dalam buku Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi pengarang Agus Mulyanto
mendefinisikan “sistema dalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
menyelesaikan suatu sasaran tertentu” dan menurut Agus Mulyanto (2009 : 2)
mendefinisikan sistem dalam bidang sistem informasi sebagai “sekelompok
komponen yang saling berhubungan, bekerja sama, untuk mencapai tujuan bersama
dengan menerima proses input serta menghasilkan input dalam proses transformasi
yang teratur”.
2.1.1.1 Karakteristik
Sistem
Menurut
Agus Mulyanto (2009: 2) mengatakan bahwa suatu sistem mempunyai karakteristik
agar sistem dapat dibedakan dengan sistem yang lain. Berikut ini macam-macam
karakteristik suatu sistem, diantaranya :
1.
Komponen Sistem (component), dimana suatu system terdiri dari
sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Suatu sistem merupakan
salah satu dari komponen sistem lain yang lebih besar, maka disebut subsistem,
sedangkan sistem yang lebih besar tersebut adalah lingkungannya
2.
Batas Sistem (boundary) merupakan pembatas atau pemisah suatu sistem
dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya
3.
Lingkungan Luar Sistem (environment) merupakan sesuatu di luar
batas dari sistem yang dapat mempengaruhi operasi sistem, baik pengaruh yang
menguntungkan ataupun yang merugikan
4.
Penghubung Sistem (interface) merupakan hal yang sangat penting,
sebab tanpa adanya penghubung, sistem akan berisi kumpulan subsistem yang
berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dari itu penghubung dapat juga
didefinisikan sebagai tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu
atau berinteraksi
5.
Masukan Sistem (input) merupakan energy yang dimasukkan ke dalam
sistem, dimana masukan tersebut dapat berupa bahan yang dimasukkan agar sistem
tersebut dapat beroperasi (maintenance input), dan masukan yang diproses untuk
mendapat keluaran (signal input)\
6.
Keluaran Sistem (output) merupakan hasil dari pemrosesan, yang
berupa informasi sebagai masukan pada sistem lain atau hanya sebagai sisa
pembuangan\
7.
Pengolah Sistem (process) merupakan bagian yang melakukan
perubahan dari masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan
8.
Sasaran sistem merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai dalam
sistem, agar sistem menjadi terarah dan terkendali.
2.1.1.2 Klasifikasi
Sistem
Menurut
Agus Mulyanto (2009:8) mengatakan bahwa sistem pun dapat diklasifikasikan dalam
beberapa sudut pandang sebagai berikut :
1. Sistem abstrak dan sistem
fisik
Sistem
abstrak (abstract system) adalah sistem yang berupa pemikiran atau gagasan yang
tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem agama/ teologi.
Sistem
fisik (physical system) adalah sistem yang ada secara fisik dan dapat dilihat
dengan mata. Misalnya sistem computer, sistem akuntansi dan sistem transportasi
2. Sistem Alamiah dan Sistem
Buatan
Sistem
alamiah (nnatural system) adalah sistem yang terjadi karena proses alam, bukan
buatan manusia. Misalnya sistem tata surya dan sistem rotasi bumi.
Sistem
buatan manusia (human made system) adalah sistem yang terjadi melalui rancangan
atau campur tangan manusia. Misalnya sistem computer dan sistem manusia
3. Sistem Tertentu dan
Tak Tentu
Sistem
tertentu (deterministic system) adalah sistem yang operasinya dapat diprediksi
secara cepat dan interaksi di antara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan
pasti. Misalnya sistem komputer karena operasinya dapat diprediksi berdasarkan
program yang dijalankan. Sistem tak tentu (probabilistic system) adalah sistem
yang hasilnya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.
Misalnya sistem persediaan
4. Sistem Tertutup dan
Terbuka (Open System)
Sistem
tertutup (closed system) adalah sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan
di luar sistem. Sebenarnya sistem tertutup tidak ada, yang ada adalah relativ
tertutup. Sistem terbuka (open system) adalah sistem yang berhubungan dengan
lingkungan luar dan dapat terpengaruh dengan keadaan lingkungan luarnya. Sistem
ini menerima masukan dan menghasilkan output untuk subsistem yang lain
2.1.1.3 Pembentukan Subsistem
· Pengunsuran (Factoring)
Perancangan sistem
menuntut keseluruhan sistem. Tetapi hal ini terlalu besar untuk dianalisa
secara rinci, maka diuraikan/ dibagi atas subsistem. Sistem hasil proses
pengunsuran membentuk struktur
· Penyederhanaan (Simplikasi)
Setiap sistem atau
subsistem memiliki masukan, keluaran dan interface dengan subsistem-subsistem
lainnya, sehingga akan menyebabkan banyak interface yang harus didefinisikan.
Oleh karena itu diperlukan suatu penyederhanaan pada penggambaran interface
· Pemisahan (Decoupling)
Dua subsistem yang
berhubungan sangat erat membutuhkan suatu koordimasi dan penjadwalan waktu yang
ketat
2.1.1.4 Pengendalian Dalam Sistem
· Diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback)
· Untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan
· Dilakukan dengan membandingkan keluaran sistem, dengan keluaran
yang diinginkan
2.1.1.5 Umpan Balik
· Umpan balik negative (negatif feedback)
Menyesuaikan
penyimpangan terhadap standar. Contoh penerapan thermostat pada sistem
pendingin (AC)
· Umpan balik positif (positif feedback)
Untuk menambah
kekuatan atau mendorong proses supaya memberikan hasil yang baik, tanpa harus
menunggu terjadinya penyimpangan. Contoh peramalan arus saldo kasus di masa
mendatang dengan membuat sistem anggaran kas pada sistem perencanaan kas
2.1.2 Informasi
Menurut
Agus Mulyanto (2009: 15) bahwa data dan informasi merupakan sebuah pondasi
untuk memahami konsep sistem informasi. Menurut Agus Mulyanto (2009 :16)
mengemukakan bahwa data merupakan material atau bahan baku yang belum mempunyai
makna atau belum berpengaruh langsung kepada pengguna sehingga perlu diolah
untuk dihasilkan sesuatu yang lebih bermakna. Sedangkan pengertian informasi
menurut McFadden dkk (1999) dalam buku Agus Mulyanto (2009 : 16) mengemukakan
bahwa informasi adalah data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga
meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.
2.1.2.1 Kualitas
Informasi
Menurut
Agus Mulyanto (2009 : 20) bahwa suatu informasi merupakan data yang telah
diolah dan bermanfaat, maka dari itu ada beberapa kualitas informasi,
diantaranya :
1.
Akurasi (accuracy)
Sebuah informasi harus akurat karena dari sumber informasi
hingga penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat
mengubah atau merusak informasi tersebut. Suatu informasi dikatakan akurat
apabila jelas maksudnya dan tidak ada kesalahan-kesalahan
2.
Relevansi (relevancy)
Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya,
bahwa suatu informasi harus bermanfaat bagi pemakainya
3.
Tepat Waktu (timeliness)
Informasi yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data,
datangnya tidak boleh terlambat, karena informasi yang terlambat tidak akan
mempunyai nilai yang baik
2.1.3. Sehat
Di bawah ini merupakan definisi
sehat yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu sebagai berikut ;
a.
Pepkins, mendefinisikan
sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya
sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang
cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk
mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus
dipertahankan
b.
Paune (1983), mengatakan
sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self
care resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan
diri (self care actions) secara adekuat. Self care
resources mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self
care actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan yang diperlukan
untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan
spiritual
c.
\Pender (1982), sehat adalah
perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan
orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri
yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas
dan integritas struktural
2.1.4 Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan
merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah
secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Parturan perundang undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah
Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002
tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana
keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut pandang manajemen
kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta
tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan
komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan
tidak tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit
yang berbasis computer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia
telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu
itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah
Sakit Husada.
Departemen Kesehatan dengan
proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi
Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga
ahli dari UGM. Namun tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an,
kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak. Ketidakberhasilan
dalam pengembangan sistem informasi tersebut lebih disebabkan dalam segi
perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu
keberhasilan (critical success factors) dalam 1 implementasi sistem
informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan
yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini
semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang
lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih
jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam
berbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan. Dalam era
seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran
serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan
lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang
piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi
lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan
murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat
dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga
harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada
akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh
sumber daya manusia yang menggunakannya. Rumah Sakit, sebagai salah satu
institusi pelayan kesehatan masyarakat akan melayani transaksi pasien dalam
kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui
kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena
menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit,
akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang
kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena selain memberikan
layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya.
Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan
sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam
upanya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual.
Departemen Kesehatan telah
menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya yang
hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat
dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya - upaya kesehatan. Dalam upaya
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur pelayanan
kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi,
kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan
kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju
pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem
kesehatan yang yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa
dan kecamatan sampai ke tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan
tersebut memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait,
sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan
oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan dikelola dengan
sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan
yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai
dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya
yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian
sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi kesehatan yang
terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang),
dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah
daerah dan jaringan informasi di pusat.
Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Masing-masing
program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi. Sehingga
bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama
2.
Terbatasnya
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di
berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai
3.
Terbatasnya
kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan
sistem informasi
4.
Masih belum
membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi
5.
Belum adanya
sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga seringkali
timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi
pengelola sistem informasi
2.2
Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi
kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan
antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara
umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau
pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep
tersebut antara lain:
1.
Sistem
informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi
komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam
implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer
Based Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan
dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu
penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi
dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a.
Pengambilan keputusan yang tidak
dilandasi dengan informasi
b.
Informasi yang tersedia, tidak relevan
c.
Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan
oleh manajemen
d.
Informasi yang ada, tidak tepat waktu
e.
Terlalu banyak informasi
f.
Informasi yang tersedia, tidak akurat
g.
Adanya duplikasi data (data redundancy)
h.
Adanya data yang cara pemanfaatannya
tidak fleksibel
i.
Sistem
informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu
organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut.
Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah
berhenti
2.
Sistem
informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati
atau berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi
memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi
tersebut ditentukan diantaranya oleh:
A.
Perkembangan organisasi tersebut makin
cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan berkembang
sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan sudah tidak
bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut
B.
Perkembangan teknologi informasi yang
cepat menyebabkan perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk
mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien
dan efektif. Hal ini disebabkan:
1.
Perangkat keras yang digunakan sudah
tidak diproduksi lagi, karena teknologinya ketinggalan jaman (outdated)
sehingga layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh
perusahaan pemasok perangkat keras
2.
Perusahaan pembuat perangkat lunak yang
sedang digunakan, sudah mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya
mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari
versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang
juga telah berkembang. Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat
keras maupun perangkat lunak tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan
versi terdahulu, namun kalau dilihat dari sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan
infrastruktur tersebut tidak efektif. Hal ini disebabkan karena feature-feature
yang baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi
informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus sigap dalam
memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.
Konsekuensi dari
pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Dalam melakukan antisipasi perkembangan
teknologi harus tepat
2.
Harus selalu siap untuk melakukan
pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak pendukungnya, apabila
diperlukan.
3.
Harus siap untuk melakukan migrasi ke
sistem yang baru. Arah perkembangan teknologi informasi dalam kurun waktu 3-5
tahun mendatang adalah sebagai berikut:
a.
Perkembangan perangkat keras dan
komunikasi. Kecenderungan perkembangan perangkat keras
b.
Peningkatan kecepatan
c.
Peningkatan kemampuan
d.
Penurunan harga
Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan
perubahan desain sistem perangkat keras yang digunakan, dari sistem dengan pola
tersentralisasi menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola
terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) dipecah
menjadi dua, satu diletakkan pada komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan
(server) dan yang satu lagi diletakkan dikomputer pengguna (client),
desain ini disebut sebagai clientserver achitecture.
Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama
perangkat lunak basis data (database), juga mengikuti perkembangan
desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada server diletakkan
perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat
lunak front-end. Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak
pengelola sistem basis data (database management system/DBMS),
sedangkan perangkat lunak front-end adalah perangkat lunak yang
dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut atau
dengan perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai DBMS seperti
ODBC (open database connectivity).
C.
Perkembangan tingkat kemampuan pengguna
(user) sistem informasi.
Sistem informasi yang baik, akan
dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi :
1)
Tingkat pemahaman mengenai teknologi
informasi
2)
Kemampuan belajar dari para pemakai
3)
Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
sistem
Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing
(EUC). EUC adalah pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk
keperluan dirinya sendiri. Mengingat bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya
melakukan pemantauan serta pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan menyebabkan
masalah yang serius dalam pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem
informasi. Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi
sistem yang terfragmentasi.
4)
Daya guna
sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu
sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated)
mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang
terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu
organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan
biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi
antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak
untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi pada
dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu
aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan
sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua
aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri
pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya.
Hal ini diakibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari
pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna
sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem
dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.
5)
Keberhasilan
pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih
untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan
pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat
kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang
cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan
pengembangan seperti Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan
Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi. Dalam
pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti keadaan yang
sekarang dihadapi, keadaan pada waktu sistem informasi siap dioperasionalkan
dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan
perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa
mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi dan
operasionalisasi sistem informasi.
6)
Pengembangan
sistem informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan
secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem
informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada
umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali
kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan
fungsi-fungsi dan sistem yang ada di dalam organisasi tersebut menjadi satu
sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam
unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan
tanggung jawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang bangun/desain
sistem informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam
pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut
prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental
atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh akan
menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem.
7)
Informasi
telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi
telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana
dan prasarana. Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan
salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena
keberadaan informasi tersebut:
a.
Menentukan kelancaran dan kualitas
proses kerja
b.
Menjadi ukuran kinerja
organisasi/perusahaan
c.
Menjadi acuan yang pada akhirnya
menentukan kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal
maupun global
8) Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan
struktur hirarkis yang mudah dipahami
Dalam semua kepustakaan yang membahasa
konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup
luas cakupannya. Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah sebagai
berikut:
a.
Sistem
b.
Subsistem
c.
Modul
d.
Submodul
e.
Aplikasi
Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa
modul, masing-masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan masing-masing
submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan. Struktur
hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman maupun penamaan. Pada
beberapa kondisi tidak diperlukan penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah
modul tidak perlu lagi dijabarkan dalam sub-sub modul, karena jabaran
berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.
2.3 Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Melalui hasil pengembangan
sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat menghasilkan hal-hal sebagai
berikut:
1.
Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah
daerah
2.
Dengan menggunakan open system tersebut
diharapkan jaringan akan bersifat interoperable dengan jaringan lain
3.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini
akan mensosialisasikan dan mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area
Network di dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah
dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan
4.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini
akan mengembangkan kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data
nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan
efisien sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah
5.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini
akan merencanakan, mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan
informasi yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif
6.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini
akan secara proaktif mencari, menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan
mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders
7.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini
akan memanfaatkan website dan access point lain agar data kesehatan dan
kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam
rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai
sebaik-baiknya
8.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini
akan merencanakan pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari
rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan,
penggajian dan pengembangan karir
9.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini
akan mengembangkan unit organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber
masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi
kesehatan dan kedokteran
10. Dapat
digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk
mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif
11. Mengarah
pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan
2.4 Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
·
Memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan di rumah sakit
·
Memudahkan rumah sakit untuk mendaftar setiap pasien yang berobat di
situ
·
Semua kegiatan di rumah sakit terkontrol dengan baik/ bekerja secara
terstruktur
2.5 Ruang Lingkup Sitem Informasi Kesehatan
Ruang lingkup aplikasi sistem informasi kesehatan,
mencakup pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office
management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1.
Registrasi Pasien, yang mencatat
data/status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian maupun pembuatan
statistik dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini meliputi pendaftaran
pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap
2.
Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di
rumah sakit, seperti penyakit dalam, bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB,
syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah
orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga
mencatat diagnosa dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan
rekam medis pasien
3.
Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa
dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter, hubungan dengan
poliklinik/penunjang medis
4.
Penunjang Medis/Laboratorium, yang
mencatat informasi pemeriksaan seperti ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan,
Endoscopy, dan lain-lain
5.
Penagihan dan Pembayaran, meliputi
penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis
(laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara langsung maupun melalui
jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi
harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen
deposit dan lain-lain
6.
Apotik/Farmasi, yang meliputi
pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan
Melalui lingkup manajemen pasien
tersebut dapat diperoleh laporan-laporan mengenai:
1.
Pendapatan rawat inap dan jalan secara
periodik (harian, bulanan dan tahunan)
2.
Penerimaan kasir secara periodic
3.
Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien
dan rekam medis pasien
4.
Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan
(RL1)
5.
Data morbiditas pasien rawat inap (RL2a)
6.
Data morbiditas pasien rawat jalan
(RL2b) dan manajemen ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik
7.
Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik
8.
Data morbiditas penyakit khusus pasien
rawat inap (RL2a1) dan grafik yang menunjang dalam pengambilan keputusan
9.
Data morbiditas penyakit khusus pasien
rawat jalan (RL2b1)
Untuk memudahkan penyajian informasi tersebut, maka laporan-laporan
tersebut dapat diekspor ke berbagai macam format antara lain:
·
Comma separated value (CSF), Data Interchange Format (DIF)
·
Excel (XLS versi 2.1, 3.0, 4.0, 5.0, dan
5.0 tabular)
·
HTML 3.0 (draft standard), 3.2 (extended
& standard)
·
Lotus 1-2-3 (WK1, WK3, WK5)
·
ODBC
·
Rich Text Format (RTF)
·
Ext
·
Word for Windows Document
2.6 Prinsip Sistem Informasi Kesehatan
Sistem
informasi kesehatan bagian integral dari sistem kesehatan, yaitu :
o
Integrasi dengan sistem
non kesehatan
o
Sistem pemerintahan daerah
o
Membangun sistem informasi
merupakan proses
o
Perlunya sumber daya
manusia untuk mengolah dan mengembangkan sistem informasi kesehatan
2.7 Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Pada Sistem Informasi
Rumah Sakit dan
Puskesmas
2.7.1 Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit tidak dapat lepas
kaitannya dengan sistem informasi kesehatan karena sistem ini merupakan
aplikasi dari sistem informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu kita
mengetahui sedikit tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di Indonesia,
mulai dari rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga
pengembangannya.
1.
Rancang Bangun
(desain) Sistem Informasi Rumah Sakit
Rancang Bangun Rumah Sakit (SIRS),
sangat bergantung kepada jenis dari rumah sakit tersebut. Rumah sakit di
Indonesia, berdasarkan kepemilikannya dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut:
a.
Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola
oleh:
1)
Departemen Kesehatan
2)
Departemen Dalam Negeri
3)
TNI
4)
BUMN
b.
Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan
dikelola oleh sebuah yayasan, baik yang sifatnya tidak mencari keuntungan (non
profit) maupun yang memang mencari keuntungan (profit). Berdasarkan sifat
layanannya rumah sakit dibagi 2, yaitu :
a)
Rumah Sakit
Umum
Untuk Rumah Sakit Pemerintah, Rumah
Sakit Umum digolongkan menjadi 4 tingkatan, yaitu sebagai berikut:
a.
Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit
umum yang memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang luas
b.
Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit
umum yang memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang
terbatas
c.
Rumah Sakit Umum tipe C, rumah sakit
umum yang memberikan layanan medis spesialistik yang terbatas, seperti penyakit
dalam, bedah, kebidanan dan anak
d.
Rumah Sakit Umum tipe D, rumah sakit
umum yang memberikan layanan medis dasar. Untuk Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit
Umum digolongkan menjadi 3 tingkatan sebagai berikut:
1)
Rumah Sakit Umum Pratama, rumah sakit
umum yang memberikan layanan medis umum
2)
Rumah Sakit Umum Madya, rumah sakit umum
yang memberikan layanan medis spesialistik
3)
Rumah Sakit Umum Utama, rumah sakit umum
yang memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialisitik
b)
Rumah Sakit
Khusus
Rumah sakit khusus ini banyak sekali
ragamnya, rumah sakit ini melakukan penanganan untuk satu atau beberapa
penyakit tertentu dan layanan medis subspesialistik tertentu. Yang masuk dalam
kelompok ini diantaranya Rumah Sakit Karantina, Rumah Sakit Bersalin, dan
sebagainya. Dari Keputusan Menteri Kesehatan No. 983 tahun 1992, dapat
diketahui bahwa organisasi rumah sakit secara umum adalah organisasi matriks.
Semua staf yang ada, dibagi ke dalam divisi-divisi yang ada dalam struktur
organisasi rumah sakit tersebut, sedangkan setiap tenaga medis tersebut juga
dikelompokkan ke dalam kelompok fungsional menurut profesinya masing-masing dan
setiap kelompok fungsional dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Organisasi
matriks adalah organisasi yang paling dinamis dan paling baik, jika
dibandingkan dengan tipe organisasi lainnya, namun harus disadari sepenuhnya
bahwa setiap staf dalam organisasi tersebut mempunyai 2 pimpinan sekaligus yang
memberikan perintah dan pengarahan kepada yang bersangkutan, yaitu pimpinan
divisi dan pimpinan kelompok. Oleh karena itu, setiap staf pada organisasi
matriks harus mampu bekerjasama lintas divisi, mampu berkomunikasi dengan baik
dengan ke 2 pimpinannya dan mampu membagi pekerjaannya berdasarkan prioritas.
Organisasi matriks memang sangat memerlukan dukungan teknologi
infomasi/komputer dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya. Namun agar teknologi
informasi dapat memberikan dukungan yang maksimal, maka panataan pola kerja
organisasi tersebut merupakan prasyarat utama. Untuk menyusun SIRS digunakan 4
pertanyaan sederhana sebagai berikut:
a.
Apa fungsi/ tugas utama dari rumah sakit?
Jawaban pada umumnya
b.
Apa objek/ sasaran dari fungsi/ tugas
utama rumah sakit ? Jawaban pada umumnya adalah pasien/ penderita
c.
Dukungan operasional apa saja yang
diperlukan oleh rumah sakit ?
Jawaban pada umumnya
adalah tenaga kerja, keuangan dan sarana/ prasaran
d.
Sistem apa yang dibutuhkan untuk
mengelola rumah sakit tersebut ?
Jawaban pada umumnya
adalah manajemen rumah sakit
Berdasarkan jawaban tersebut, maka SIRS terdiri dari:
a)
Subsistem Layanan Kesehatan, yang
mengelola kegiatan layanan kesehatan
b)
Subsistem Rekam Medis, yang mengelola
data pasien
c)
Subsistem Personalia, yang mengelola
data maupun aktivitas tenaga medis maupun tenaga administratif rumah sakit
d)
Subsistem Keuangan, yang mengelola
data-data dan transaksi keuangan
e)
Subsistem Sarana/ Prasarana, yang
mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam rumah sakit tersebut, termasuk
peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya
f)
Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang
mengelola aktivitas yang ada didalam rumah sakit tersebut, termasuk pengelolaan
data untuk perencaan jangka panjang, jangka pendek, pengambilan keputusan dan
untuk layanan pihak luar. Keenam subsistem tersebut diatas kemudian harus
dijabarkan lagi ke dalam modul-modul yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem
Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:
o Modul Rawat Jalan, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis
rawat jalan
o Modul Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis
rawat inap
o Modul Layanan Penunjang Medis, termasuk didalamnya tindakan medis,
pemeriksaan laboratorium, dan sebagainya
2.
Pengembangan
Sistem Informasi Rumah Sakit
Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang
haruslah bertumpu dalam dua hal penting yaitu “kriteria dan kebijakan
pengembangan SIRS” dan “sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria
dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS
adalah sebagai berikut:
a)
SIRS harus dapat berperan sebagai
subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam memberikan informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu
b)
SIRS harus mampu mengaitkan dan
mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu
sistem yang terpadu
c)
SIRS dapat menunjang proses pengambilan
keputusan dalam proses perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional
pada berbagai tingkatan
d)
SIRS yang dikembangkan harus dapat
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem
informasi rumah sakit yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan
e)
SIRS yang dikembangkan harus mempunyai
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan dimasa dating
f)
Usaha pengembangan sistem informasi yang
menyeluruh dan terpadu dengan biaya investasi yang tidak sedikit harus
diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang berarti (rate of return)
dalam waktu yang relatif singkat
g)
SIRS yang dikembangkan harus mampu
mengatasi kerugian sedini mungkin
h)
Pentahapan pengembangan SIRS harus
disesuaikan dengan keadaan masing-masing subsistem serta sesuai dengan kriteria
dan prioritas
i)
SIRS yang dikembangkan harus mudah
dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas yang awam sekalipun terhadap
teknologi komputer (user friendly)
j)
SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin
menekan seminimal mungkin perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna
SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru
k)
Pengembangan diarahkan pada subsistem
yang mempunyai dampak yang kuat terhadap pengembangan SIRS. Atas dasar dari
penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran
Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
a.
Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik
yang bersifat pemeriksaan tau pengawasan (auditable) maupun dalam hal
pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh unit-unit yang ada
di lingkungan rumah sakit
b.
Terbentuknya sistem pelaporan yang
sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan terpadu
c.
Terbentuknya suatu sistem informasi yang
dapat memberikan dukungan akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu
melalui dukungan data yang bersifat dinamis
d.
Meningkatkan daya guna dan hasil guna
seluruh unit organisasi dengan menekan pemborosan
e.
Terjaminnya konsistensi data
f.
Orientasi ke masa depan
g.
Pendayagunaan terhadap usaha-usaha
pengembangan sistem informasi yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar
dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya
v Rancangan Global SIRS.
SIRS merupakan suatu
sistem informasi yang cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit tipe A dan B)
dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem
yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan
kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang
ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan
berikutnya harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS
adalah sebagai berikut:
a)
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
SIRS
b)
Penyusunan Rancangan Global SIRS
c)
Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS
d)
Pembuatan Prototipe, terutama untuk
aplikasi yang sangat spesifik
e)
Implementasi, dalam arti pembuatan
aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat keras maupun perangkat lunak
pendukung
f)
Operasionalisasi dan Pemantapan.
Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer
Based Hospital Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah
rumah sakit dalam era globalisasi, namun untuk membangun sistem
informasi yang terpadu memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar.
Kebutuhan akan tenaga dan biaya yang besar tidak hanya dalam
pengembangannya, namun juga dalam pemeliharaan SIRS maupun dalam
melakukan migrasi dari sistem yang lama pada sistem yang baru. Selama
manajemen rumah sakit belum menganggap bahwa informasi adalah merupakan
aset dari rumah sakit tersebut, maka kebutuhan biaya dan tenaga tersebut
diatas dirasakan sebagai beban yang berat, bukan sebagai konsekuensi
dari adanya kebutuhan akan informasi. Kalau informasi telah menjadi aset
rumah sakit, maka beban biaya untuk pengembangan, pemeliharaan maupun
migrasi SIRS sudah selayaknya masuk dalam kalkulasi biaya layanan
kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit itu. Perlu
disadari sepenuhnya, bahwa penggunaan teknologi informasi dapat menyebabkan
ketergantungan, dalam arti sekali mengimplementasikan dan mengoperasionalkan
SIRS, maka rumah sakit tersebut selamanya terpaksa harus menggunakan
teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena perubahan dari sistem
yang terotomasi menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat
tidak menguntungkan bagi rumah sakit tersebut.
Perangkat lunak SIRS siap pakai yang tersedia di
pasaran pada saat ini sebagian besar adalah perangkat lunak SIRS yang
hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa subsistem dari SIRS. Untuk
dapat memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan perangkat keras yang
akan digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah memiliki rancang
bangun (desain) SIRS yang sesuai dengan kondisi dan situasi rumah.
2.7.2 Puskesmas
Sistem
informasi kesehatan puskesmas adalah sebuah sistem
informasi rekam medis yang secara khusus dirancang untuk digunakan di
Puskesmas. Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan, memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang unik, berbeda dengan unit pelayanan kesehatan lainnya.
Simpus merekam data rekam medis pasien-pasien yang berkunjung di Puskesmas.
Tidak hanya itu, Simpus juga membantu Puskesmas dalam menyusun laporan-laporan
rutin bulanan, baik untuk keperluan internal Puskesmas, ataupun untuk pelaporan
ke Dinas Kesehatan.
Dengan dikembangkannya Sistem
Informasi Kesehatan Puskesmas yang dapat menyajikan informasi secara cepat,
tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan puskesmas dapat
dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan
berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem
kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada
masyarakat. Dengan demikian maka pelayanan kesehatan yang diberikan dapat lebih
fokus dan spesifik untuk suatu daerah. Hal ini akan meningkatkan efektifitas
dan efisiensi dari kerja puskesmas. Untuk itu perlu ditingkatkan kevalidan data
yang terdapat pada masukan input dimana hasil yang diinginkan nantinya dapat
terjamin kevalidannya sehingga keputusan yang diambil oleh para pengambil
keputusan dapat tepat pada sasaran.
Sistem informasi
kesehatan puskesmas terdiri dari 7 Sub Sistem yaitu :
o
Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data
kependudukan terdiri dari family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi wafat
dan mutasi pindah
o
Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data
ketenagaan. Data yang diolah adalah data pribadi, anak, riwayat kepangkatan,
riwayat jabatan, riwayat pendidikan, riwayat penjenjangan, riwayat latihan
teknis/fungsional, data riwayat penghargaan serta data penugasan pegawai
o
Sub Sistem Sarana dan Prasarana, yang berfungsi mengelola data sarana dan
prasarana, seperti peralatan medis, kendaraan, gedung, tanah dan peralatan
lainnya
o
Sub Sistem keuangan, yang berfungsi untuk mengelola data
keuangan secara garis besar saja yaitu mencakup besar pembiayaan menurut
kegiatan dan sumber biaya
o
Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data pelayanan
kesehatan, terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub sistem rawat jalan
yang meliputi pelayanan dasar (BP,GIGI, KIA,Imunisasi, Laboratorium) dan
pelayanan puskesmas keliling, rawat inap, rekam medis dan manajemen obat.
Pelayanan luar gedung meliputi sub sistem KIA dan GIZI, Kesling dan TTU,
Pemberantasan Penyakit Menular, PKM, PSM, dan PERKESMAS
o
Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan
laporan-laporan, meliputi laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan
program
o
Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem
seperti membuat backup dan restore data, data recovery, user list and right
assignment, user shortcut, short message over network
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi kesehatan merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang
efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan disemua
jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya
data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat
disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana
dengan baik.
3.2
Saran
Penggunaan
terhadap sistem informasi kesehatan harus lebih disosialisasikan lagi agar
tidak hanya rumah sakit dan puskemas besar saja yang bisa menggunakan sistem
informasi ini tetapi tempat – tempat kesehatan seperti pustu, posyandu dan
tempat-tempat kesehatan lainnya agar bisa menggunakan sistem informasi ini.
Agar semua jaringan data maupun informasi terkoneksi dengan baik hingga ke
pusat, sehingga data menjadi valid.
DAFTAR
PUSTAKA
Keterangan bagian warna yang mengerjakan :
FITRI NORWENDAHSARI ( 1205015045 ) ( Merah )
KARINA SETIA MAWAR ( 1205015057 ) ( HIJAU )
LUTHFANA FAJAR DAUD (1205015097 ) ( BIRU TUA )
MIRA IRIANTI ( 1205015066 ) ( PINK )
RIDWAN RAMADHAN ( 1205015065 ) ( ORANGE )
SYAFRUDIN JUNIANSYAH (1205015119 ) ( BIRU MUDA )
0 comments:
Posting Komentar